Simponi Pada Kuntum Sepatu Dea

  • 13 Januari 2021
  • 12:32 WITA
  • Admin FDK
  • Berita

UIN Online- Lounching buku yang berjudul Kuntum Sepatu Dea digelar di gedung Auditorium kampus II UIN Samata Gowa, Senin (03/12/2012). Ratusan mahaiswa tumpah ruah. Gendang ditabuh, tari-tarian, semi kolosal, orkestra, dan teater monolog dipertunjukkan, semuanya menyatu pada kecakapan kareografernya, komposernya, dan penataan linghtingnya. Berkat sentuhan dari anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Budaya eSA (SB eSA) bekerja berkolaborasi dengan seniman asal Jepang, Miss Tomoko.

Semua isi pementasan berkaitan dengan buku Kuntum Sepatu Dea, yakni tentang kerinduan. Hamdan, sang penulis yang juga besar dari UKM SB eSA dinilai oleh tiga orang yang telah bergelut di dunia seni dan tulis menulis. Yakni Ishak Negljaratan yang merupakan seorang Budayawan, Moh Sabri AR, dosen UIN dan juga penulis, serta Ahyar Anwar, seorang Novelis.

Dari sisi Ishak, ia menilai membaca karya Hamdan, layak disebut sebagai esay, kumpulan cerpen, dan puisi. Untuk Ahyar Anwar, menilai bahwa kumpulan cerpen pada Sepatu Dea ini, sang penulis mampu menjabarkan ceritanya pada momen puitik yang apik. Dia mampu melihat sebuah peristiwa sebagai bentuk puitik kemudian ia rangkai menjadi sebuah dongeng kecil tentang kehidupan.

“Pada karya Hamdan, bukan sekedar mampu menghibur pembacanya, namun juga menggugah kita untuk menemukan realita pada kehidupan sebenarnya.” Kata Ahyar Anwar.

Bagi seorang Novelis seperti Ahyar, baginya, lebih susah untuk menulis dalam bentuk cerpen dibandingkan sebuah novel. Cerpen harus punya komposisi yang tepat. Harus jeli pada penempatan titik kata ketika harus memulai dan titik di mana harus berhenti.

Sementara dari penulis esay sekaligus dosen UIN, Sabri AR, menyatakan, membaca karya seorang Hamdan sama seperti membaca kehidupan. Membaca Kuntum Sepatu Dea, punya kesan kuat dan isyarat kepada setiap perjalanan seorang musafir dan kerinduannya untuk asal-usulnya.