Manusia sejak
lahir telah diberikan fitrah ketuhanan yaitu suatu kesadaran dan kebutuhan azazi
manusia terhadap keberadaan Tuhan. Manusia membutuhkan Tuhan bukan hanya dalam
keimanan, tapi juga dalam kehidupan praktis, Sehebat apa pun manusia maka
manusia tidak bisa menyelesaikan seluruh masalahnya. Jika manusia hanya
mengandalkan akal pkiran atau ilmu pengetahun maka berbagai pertanyaan atau
persoalan besar tidak dapat diselesaikan oleh manusia, baik menyangkut
kerusakan alam dan pelanggaran kemanusiaan. Misalnya: pertanyaan mengenai dari
mana manusia itu sebelum lahir dan kemana manusia itu setelah kematian? Orang-orang
yang melakukan keburukan terhadap alam atau sesama manusia dan tidak dihukum di
dunia ini maka kapan ia mendapatkan balasannya? Orang-orang yang dizalimi di
dunia ini, kapan ia mendapat keadilan? Karena itu, kebutuhan manusia akan
ketuhanan merupakan solusi untuk mencapai tujuan hidup manusia sekaligus
mengatasi berbagai problem yang dihadapi karena keterbatasan ilmu manusia.
Jika ketuhanan
merupakan kebutuhan azazi maka manusia membutuhkan pintu-pintu untuk mengenal
Tuhan. Tentu saja Tuhan yang perlu dikenali adalah Tuhan sebenarnya, yaitu
Allah swt, Sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Penjelasan mengenai
keberadaan Allah sudah ada dalam Alquran dan hadis Nabi saw yang disampaikan
kepada seluruh umat manusia. Namun ada orang-orang yang beriman ada pula
orang-orang yang ingkar dengan keberadaan Tuhan.
Secara prinsip
ada 4 metode yang selama ini populer digunakan dalam hidup manusia untuk
mengenal Tuhan yaitu: agama (Islam), filsafat, ilmu pengetahuan, dan seni. Pada
tulisan ini kita akan membahas ilmu pengetahuan (science) sebagai jalan
makrifatullah, pintu yang dilewati untuk mengantarkan manusia mencapai
pengenalan Tuhan. Bahwa dengan ilmu pengetahuan membuktikan adanya Tuhan dan
para ilmuwan-ilmuwan berbondong-bondong masuk Islam karena menyaksikan kebenaran
Alquran di alam semesta sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dr Maurice
Bucaille (1979) mengatakan: “Aspek-aspek
ilmiah yang terdapat dalam Alquran sungguh mengherankan aku, karena aku sama
sekali tidak mengira bahwa dalam teks yang disusun semenjak lebih dari 13 abad,
aku dapat menemukan keterangan-keterangan tentang berbagai hal yang sangat
cocok dengan pengetahuan ilmiah modern.” Beberapa ilmuwan dunia masuk Islam setelah menemukan kebenaran Tuhan melalui
ilmu pengetahuan (sumbawanews.com, 2023) diantaranya:
(1) Prof Dr
Maurice Bucaille, ahli bedah Prancis yang pernah mengepalai klinik bedah di
Universitas Paris dan meneliti mumi yang pernah tenggelam sehingga bisa awet
karena mengandung unsur garam seperti yang sudah dijelaskan dalam Alquran 14
abad silam.
(2) Mr
Jacques Yves Costeau adalah seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka
dari Perancis. Ia masuk Islam karena menemukan mata air tawar-segar yang sangat
sedap rasanya. Namun air tersebut tidak bercampur atau melebur dengan air laut
yang asin di sekelilingnya seolah-olah ada dinding membatasi keduanya seperti
yang disampaikan dalam Alquran.
(3) Demitri
Bolykov, ahli fisika asal Ukraina, yang tergabung dalam penelitian ilmiah yang
dipimpin oleh Prof Nicolai Kosinikov, mengenai perputaran bumi dan mendapatkan
kesimpulan bahwa suatu hari nanti matahari akan terbit dari arah Barat seperti
yang sudah dikabarkan dalam hadis Nabi saw.
(4) Dr
Fidelma O’Leary, ahli neurologi Amerika Serikat, yang melakukan kajian terhadap
saraf otak manusia dan menemukan bahwa beberapa urat saraf di dalam otak
manusia yang tidak dimasuki darah padahal setiap sel otak memerlukan suplai
darah yang cukup agar dapat berfungsi normal. Akhirnya ia menemukan bahwa
ternyata darah akan memasuki seluruh urat saraf di dalam otak manusia secara
sempurna ketika orang melakukan sujud dalam shalat. Artinya, kalau manusia melakukan
shalat maka otaknya mendapat suplai darah dengan normal dan bekerja dengan
normal.
Sebenarnya ilmu pengetahuan bersifat relatif dan akumulatif, selalu
berubah-ubah. Namun suatu bidang ilmu yang mencapai puncaknya akan mengantarkan
manusia pada pengenalan Sang Pencipta. Dibalik keteraturan alam ini, tersirat
adanya Allah, Tuhan Sang Maha pencipta, Maha Mengatur, Maha Memelihara yang
menjaga keseimbangan dan interaksi unsur-unsur alam dengan begitu rapi dan
konsisten. Ilmu pengetahuan yang benar bukan hanya mengantar kita untuk menemukan
rahasia-rahasia alam semesta tapi juga membuka keberadaan sang pencipta alam
semesta.
Alquran menjelaskan kepada manusia bahwa: “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau,
lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali
‘Imran: 190-191). Seorang ilmuwan sejati semestinya mulai belajar dengan nama
Tuhan dan akan sampai di tahap mampu melihat keberadaan Tuhan di alam ini, baik
saat ia baring, duduk, maupun berdiri, sehingga ia selalu bersama Tuhan dalam detik-detik
kehidupannya.*
Penulis : Dr. Muhammad Anshar Akil, ST, MSi, CHt, CPNLP
Aktivitas : Dosen Program Pascasarjana (S2 & S3) dan
Jurusan Ilmu Komunikasi (S1) UIN Alauddin Makassar, Founder AA Institute,
“Anshar Akil Channel Youtube”, Motivator, Trainer, Penulis.
HP/WA :
081245361618
Email :
[email protected]