Suatu hal yang sangat penting dalam hidup kita
adalah waktu --- atau mungkin bisa disebut sebagai hal yang paling penting.
Tidak ada yang tidak terkait dengan perjalanan waktu. Umur kita, ibadah,
rejeki, amal-amal, dan juga dosa-dosa kita --- semuanya berkaitan dengan waktu.
Waktu itu sekali pakai, habis tidak ada gantinya.
Waktu yang berlalu hari ini tidak akan kembali
lagi, sementara hari esok belum tentu datang. Orang yang meninggal hari ini
masih punya rencana besok hari namun sudah tidak dapat lagi melaksanakan
rencananya. Maka orang bijaksana pasti sangat teliti menggunakan waktunya,
hanya digunakan untuk beribadah dan beramal shalih, tidak akan digunakan untuk
hal sia-sia apalagi berbuat dosa dan keburukan.
Waktu lebih berharga daripada uang karena uang
masih bisa dicari namun waktu yang berlalu tidak akan kembali lagi. Misalnya
orang tua kita saat masih hidup dan bersama kita saat masih kecil. Namun ketika
beliau sudah meninggal, maka kita tidak akan mungkin lagi bertemu mereka di
dunia ini meskipun kita mau membayar berapa pun. Selagi kita masih bersama
orang-orang yang dicintai maka gunakan sepenuhnya untuk berbuat karena ada
waktunya kita akan berpisah dengan mereka.
Waktu yang disediakan kepada setiap orang yang
hidup di dunia ini sama yaitu 24 jam sehari semalam. Orang-orang menggunakan
waktu itu dengan cara yang berbeda, maka hasil yang didapatkan orang-orang
dalam hidup ini juga berbeda. Ada orang-orang yang betul berfokus menggunakan
waktunya untuk ibadah dan amal shalih, meningkatkan produktivitas kerja yang
positif. Ada juga yang hanya menggunakan untuk hura-hura bahkan banyak
menggunakan waktunya dominan untuk melakukan keburukan, kemaksiatan. Sungguh
suatu kerugian yang paling besar dalam hidup ini jika waktu berlalu sia-sia
atau hanya berisi dosa-dosa sambil menunggu ajal.
Waktu 24 jam sehari semalam adalah fasilitas
yang diberikan oleh Tuhan namun bukan milik mutlak kita. Waktu yang betul-betul
menjadi milik kita adalah seberapa banyak waktu yang kita gunakan untuk ibadah
dan amal shalih. Misalnya: hari ini waktu yang kita gunakan untuk shalat,
mengaji, berdzikir, mengajar, ceramah, membantu orang lain, bekerja di kantor
yang positif, diakumulasi total semuanya sekitar 5 jam maka hanya itulah waktu
yang betul-betul jadi milik kita hari ini. Sisanya yang 19 jam itu bukan milik
kita tapi waktu itu pergi kembali ke asalnya --- semoga tidak pergi
membawa dosa-dosa dan keburukan kita. Begitu juga umur kita selama ini tidak
semuanya menjadi milik kita: hanya berapa persen yang bermanfaat? Gunakan waktu
kita sepenuhnya dengan amal ibadah yang akan menjadi milik kita kelak.
Umur adalah lamanya waktu kita hidup. Pada
dasarnya umur kita ada 2 yaitu: umur biologis dan umur hakiki (spiritual). Umur
biologis dimulai sejak tanggal lahir kita hingga saat ini. Sedangkan umur
hakiki adalah seberapa banyak amal-amal shalih yang dilakukan sejak kita lahir
atau semua ibadah yang betul-betul ikhlas karena Allah. Orang-orang beruntung
adalah yang panjang umurnya dan banyak amal shalih atau ibadahnya. Orang yang
kurang beruntung adalah panjang umurnya sedikit amal baiknya namun dosanya
banyak. Orang-orang yang pendek umurnya jika amal ibadahnya banyak maka ia
menjadi orang beruntung, begitu pula sebaliknya. Jadi yang menentukan bukan
banyaknya umur tapi banyaknya amal shalih atau ibadah selama hidup.
Hati-hati… banyak orang-orang yang sudah tua
umur biologisnya (misalnya usia 40 tahun ke atas) tapi umur
hakikinya masih kanak-kanak karena amal-amal shalih dan ibadahnya yang
betul-betul ikhlas karena Allah masih sangat sedikit --- yang banyak justru
amal-amal buruk atau dosa-dosanya. Naudzubillah.
Semoga kita terhindar dari hal-hal yang demikian. Wallahu
a'lam....*
Penulis : Dr. Muhammad Anshar Akil, ST, MSi, CHt, CPNLP
Aktivitas : Dosen
Program Pascasarjana (S2 & S3) dan Jurusan Ilmu Komunikasi (S1) UIN
Alauddin Makassar, Founder AA Institute, “Anshar Akil Channel Youtube”, Motivator
Nasional, Corporate Trainer, Penulis.
Email : [email protected]