Kasus kematian
dr Aulia Risma Lestari, mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS)
Anestesi di Universitas Diponegoro (UNDIP) pada 12 Agustus lalu, masih menjadi
berita viral di media online. Korban diduga meninggal karena tidak tahan perundungan
(bullying) sejumlah seniornya dalam bentuk kekerasan verbal, fisik, dan
pemerasan uang hingga 20-40 juta perbulan sejak semester 1 pada Juli -November
2022. Kasus yang sedang riuh ini masih diinvestigasi oleh Kemenkes dan
kepolisian.
Membaca
berita tersebut hati kita pasti tersentuh, bahkan marah. Lembaga
pendidikan yang mengajarkan ilmu dan teknologi tinggi seharusnya mengajarkan akhlak
yang tinggi pula. Akhlak adalah budi pekerti, karakter, perangai yang membentuk
tingkah laku. Kecerdasan intelektual ternyata tidak melahirkan nilai-nilai
etika, moralitas, atau akhlak. Ilmu pengetahuan seharusnya digunakan menegakkan
nilai-nilai kemanusian bahkan menemukan nilai ketuhanan di dalam diri kita dan di
alam semesta --- karena siapa yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya. Di
langit dan di bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Tuhan bagi orang yang
berakal.
Problematika
pendidikan umum saat ini yaitu pemisahan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama
atau sekularisme ilmu. Tingginya ilmu dan kecerdasan seorang tidak menjamin punya
akhlak mulia kepada sesamanya, alam lingkngan, dan juga kepada Tuhan. Ilmu
pengetahuan yang bersifat rasional, empirik, objektif, hanya mencerdaskan otak
semata, namun jiwa bergejolak, hati kotor, hawa nafsu menguasai pikiran manusia
karena ilmu tidak diisi dengan nilai-nilai ketuhanan. Ilmu pengetahuan hanya mengakui
pencapaian materi (materialisme dan materialistis) namun kering dengan
nilai-nilai spiritual. Padahal Ilmu dan akhlak tidak bisa dipisahkan, semakin
tinggi ilmu seseorang maka seharusnya semakin baik pula akhlaknya.
Peradaban
ilmu pengetahuan yang sangat maju disebut peradaban modern. Peradaban modern
mencakup kemajuan pada aspek materi (fisik) seperti komputer, kendaraan,
dan bangunan-bangunan tinggi, dan juga aspek pemikiran (non fisik)
seperti ide-ide, ajaran, konsep-konsep dan teori-teori dalam ilmu pengetahuan
pada berbagai bidang. Kemajuan peradaban fisik material bisa terwujud karena
kemajuan peradaban non fisik berupa pemikiran-pemikiran, ide-ide,
gagasan-gagasan, norma-norma, dan konsep-konsep ilmu pengetahuan yang
melandasinya. Masalahnya ilmu-ilmu umum dipisahkan dari agama, sehingga ilmu
berjalan sendiri tanpa tuntunan agama.
Peradaban
modern kini menghadapi krisis karena kemajuan kecerdasan dan teknologi dikuasai
orang-orang tidak bertaqwa, yang menggunakan kecerdasan dan kemajuan teknologi
untuk mengambil hak-hak orang lain, merusak alam lingkungan, jauh dari
nilai-nilai agama. Jika orang bertaqwa memiliki kecerdasan, ilmu dan teknologi tentu
digunakan untuk melayani kemanusiaan, menjaga lingkungan, dan beribadah kepada
Allah. Orang-orang sekuler (yang memisahkan agama dan ilmu) akan menggunakan
kecerdasan atau ilmunya untuk memuaskan ego dan nafsunya semata.
Disinilah perlunya melaksanakan integrasi keilmuan
yaitu: menyatukan antara ilmu umum dan ilmu Islam sehingga tidak akan terjadi
lagi kasus perundungan dalam pendidikan atau perofesi apa pun. Tingginya
pendidikan, kecerdasan, ilmu pengetahuan dan teknologi harus diikuti dengan
tingginya akhlak dan budi pekerti, karena ilmu pengetahuan dikontrol oleh nilai-nilai
kemanusiaan dan ketuhanan.*
Penulis : Dr. Muhammad Anshar Akil, ST, MSi, CHt, CPNLP
Aktivitas : Dosen Program Pascasarjana (S2 & S3) dan Jurusan Ilmu Komunikasi (S1) UIN Alauddin Makassar, Founder AA Institute, “Anshar Akil Channel Youtube”,
Motivator Nasional, Coorporate Trainer,
Penulis.
Email : [email protected]