Antara Kecerdasan Intelektual dan Akhlak (Muhammad Anshar Akil)

  • 08:05 WITA
  • Admin FDK
  • Artikel

Kita masih membahas hubungan ilmu dan akhlak. Tulisan lalu menjelaskan hasil dari pendidikan umum yang memisahkan Islam dari ilmu pengetahuan, telah melahirkan orang-orang cerdas, yang menguasai ilmu dan teknologi tinggi tapi minus akhlak seperti yang terjadi pada kasus kematian dr Aulia mahasiswa PPDS UNDIP akibat dibulli dan mengalami pemerasan dari sejumlah seniornya. Banyak kasus lain yang viral di media online mengenai banyaknyak pelanggaran-pelanggaran hukum, etika maupun akhlak. Entah berapa banyak yang belum terungkap ke permukaan?

Kini kita makin perlu menegaskan pentingnya akhlak di atas kecerdasan, perlunya belajar ilmu-ilmu dunia yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan. Bagaimana pun tingginya ilmu yang tidak melayani kemanusiaan dan jauh ketuhanan adalah ilmu yang sia-sia yang akhirnya merusak kehidupan. Kita perlu integrasi keilmuan yaitu penyatuan Islam dengan ilmu pengetahuan teknologi dalam pendidikan.

Kita melihat ketertinggalan akhlak dari kecerdasan seperti ditunjukkan orang-orang hampir dalam semua bidang kehidupan. Orang-orang berlomba mengejar ilmu, keterampilan, kedudukan, jabatan, harta, popularitas dan lain-lain, namun mengabaikan nilai-nilai etika, moral, akhlak, akidah, atau syariah. Mereka mengejar kesenangan dunia, kekayaan materi, kepuasan nafsu belaka, namun melupakan Tuhan, melupakan akhlak budi pekerti, tidak perduli adanya pertanggung-jawaban di akhirat kelak. Contohnya para koruptor yang merugikan bangsa Indonesia dengan nilai trilyunan rupiah, para politikus yang tidak amanah dan hanya memperjuangkan kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya, pejabat yang tidak melaksanakan janji-janjinya, para pengusaha yang berlaku curang, merusak alam, dan lain-lain --- mereka orang-orang intelek yang melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum, etika, dan akhlak.

Rusaknya masyarakat, bangsa dan negara, bahkan dunia ini akibat ulah orang-orang cerdas intelektualnya namun tidak memiliki iman dan taqwa kepada Allah swt, sehingga melakukan berbagai keburukan, kejahatan, pelanggaran-pelanggaran secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Kita tidak kekurangan orang-orang pintar, cerdas intelektualnya, namun kita sangat kekurangan orang-orang berakhlak.

Itulah antara lain kegagalan sistem pendidikan modern yang hanya mementingkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknnologi namun jauh dari nilai-nilai agama (Islam). Kecerdasan intelektual hanya terbatas memikirkan untung rugi yang diperoleh seseorang melalui kemampuan analisa logika, matematika, dan rumus-rumus statistik dalam bidang pekerjaanya. Sementara hatinya kotor, jiwanya gelisah, dan ruhnya gelap tidak melihat cahanya ketuhanan dalam dirinya maupun di alam ini. Mereka, orang-orang yang memiliki mata, telinga, dan hati namun tidak digunakan untuk mengenali tanda-tanda kekuasaan Tuhan sehingga tidak mengantarkannya menjadi orang-orang bertawa. Sayang sekali, orang-orang yang memiliki otak yang cemerlang, ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi, namun hatinya gelap dengan nilai-nilai ketuhanan.

Saatnya kita kembalikan sistem pendidikan kita sebagai cara sistematis untuk meningkatkan harkat martabat manusia lahir batin, mewujudkan orang-orang yang cerdas intelektualnya, bersih hatinya, tenang jiwanya, dan ruhnya bercahaya untuk kembali kepada Tuhan. Orang-orang yang senantiasa mengingat Allah, bermanfaat bagi sesama, dan memelihara alam semesta. Wallahu A’lam.*

 

 

Penulis     :     Dr. Muhammad Anshar Akil, ST, MSi, CHt, CPNLP

Aktivitas  :    Dosen Program Pascasarjana (S2 & S3) dan Jurusan Ilmu Komunikasi (S1) UIN Alauddin Makassar, Founder AA Institute, “Anshar Akil Channel Youtube”, Motivator Nasional, Coorporate Trainer, Penulis.

Email       :    [email protected]