Beredar video
Youtube yang berjudul Diskusi Terbuka: “Bisakah Keshahihan Akidah Islam
Dibuktikan Secara Ilmiah?” (Link:https://www.youtube.com/watch?v=azlzo1cMYA0, 13
Oktober 2024). Video ini menarik. Dalam diskusi tersebut, salah satu pembicara
mengatakan bahwa akidah itu bukan sesuatu yang ilmiah, tidak bisa dibuktikan secara
rasional dan empirik. Pernyataan ini kemudian
dibantah oleh pembicara lainnya. Tulisan ini membahas bagaimana seharusnya kita
memahami akidah Islam dalam
epistemologi keilmuan.
Sudah dipahami bahwa ada perbedaan paradigma ilmu umum dan paradigma Islam yang ingin dijembatani dalam integrasi keilmuan. Paradigma ilmu umum yang dipelajari di sekolah dan perguruan tinggi umum lebih bersifat materialistik (hanya mengakui objek yang bersifat bendawi) dan sekular (memisahkan nilai-nilai ketuhanan dalam ilmu pengetahuan) sehingga objek materi dan objek forma bidang ilmu yang dipelajari hanya terbatas fenomena yang objektif, rasional dan empiris, yang dapat diterima panca indera dan pikiran logis manusia.
Sementara paradigma Islam disamping menggunakan metode ilmiah juga mengakui ilmu subjektif, non rasional, dan non empiris seperti keberadaan Tuhan yang Maha Gaib, Wahyu (Al-Qur’an) yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia, jin, Malaikat, alam kubur, Hari Kebangkitan, hingga keberadaan Surga dan Neraka, yang diterima dan dipahami secara spiritual namun berada di luar pembahasan ilmu pengetahuan ilmiah dan teknologi modern. Padahal para Nabi dan Rasul telah diperlihatkan dan melakukan perjalanan pada alam spiritual yang lebih tinggi dari alam materi, misalnya perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw.
Integrasi keilmuan di PTKI (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam) merupakan upaya menyatukan nilai-nilai Islam dengan ilmu pengetahuan umum dan teknologi modern yang berkembang sebagai harapan lahirnya paradigma baru keilmuan yang berbasis Al-Qur’an dan Metode Ilmiah.
Epistemologi keilmuan mengkaji tentang cara-cara yang harus ditempuh oleh manusia untuk mendapatkan kebenaran atas objek ilmu yang sedang diselidiki. Cara-cara itu sendiri sering disebut Metode Ilmiah (scientific method). Metode ilmiah yang dipakai dalam ilmu pengetahuan umum terdiri dari langkah-langkah penelitian atau penyelesaian masalah ilmiah yaitu: memperhatikan fenomena, adanya masalah, pengumpulan data, seleksi data, interpretasi data, evaluasi, melakukan analisis pembahasan secara empirik dan teoritik, serta menarik kesimpulan atau merumuskan teori.
Dalam integrasi keilmuan maka metode ilmu pengetahuan bukan hanya berdasarkan pemikiran rasional dan pengujian empirik tapi juga ditambah dengan bimbingan wahyu (Al-Qur’an Hadis), tafakkur dan ilham.
Epistemologi integrasi keilmuan menggabungkan metode keislaman + metode ilmiah. Integrasi keilmuan tidak menghilangkan metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan modern tapi melengkapinya dengan metode keislaman yang melahirkan paradigma baru dengan mengintegrasikan kedua metode tersebut dalam satu kerangka keilmuan. Rumus integrasi keilmuan adalah metode Islam+metode ilmiah yang dilaksanakan melalui metode bayani (Teks Al-Qur’an & Hadis), burhani/tajribi (rasional & empiris), dan irfani (hakikat & makrifat).
Jika ada yang mengatakan bahwa akidah Islam itu tidak ilmiah berarti dia tidak memahami epistemologi Islam yang lebih luas daripada epistemologi ilmu pengetahuan modern. Dan banyak informasi dalam Al-Quran dan Hadis yang disampaikan 14 abad lalu kemudian terbukti kebenarannya oleh temuan-temuan terkini ilmu pengetahuan modern. Wallahu a'lam....
Penulis : Dr. Muhammad Anshar Akil, ST, MSi, CHt, CPNLP
Aktivitas : Dosen
Program Pascasarjana (S2 & S3) dan Jurusan Ilmu Komunikasi (S1) UIN
Alauddin Makassar, Founder AA Institute, “Anshar Akil Channel Youtube”,
Motivator Nasional, Corporate Trainer, Penulis.
Email : [email protected]