Ilmu Pengetahuan sebagai Pintu Mengenal Tuhan (Muhammad Anshar Akil)

  • 10:54 WITA
  • Admin FDK
  • Artikel

Manusia sejak lahir telah diberikan fitrah ketuhanan yaitu suatu kesadaran dan kebutuhan azazi manusia terhadap keberadaan Tuhan. Manusia membutuhkan Tuhan bukan hanya dalam keimanan, tapi juga dalam kehidupan praktis, Sehebat apa pun manusia maka manusia tidak bisa menyelesaikan seluruh masalahnya. Jika manusia hanya mengandalkan akal pkiran atau ilmu pengetahun maka berbagai pertanyaan atau persoalan besar tidak dapat diselesaikan oleh manusia, baik menyangkut kerusakan alam dan pelanggaran kemanusiaan. Misalnya: pertanyaan mengenai dari mana manusia itu sebelum lahir dan kemana manusia itu setelah kematian? Orang-orang yang melakukan keburukan terhadap alam atau sesama manusia dan tidak dihukum di dunia ini maka kapan ia mendapatkan balasannya? Orang-orang yang dizalimi di dunia ini, kapan ia mendapat keadilan? Karena itu, kebutuhan manusia akan ketuhanan merupakan solusi untuk mencapai tujuan hidup manusia sekaligus mengatasi berbagai problem yang dihadapi karena keterbatasan ilmu manusia.

Jika ketuhanan merupakan kebutuhan azazi maka manusia membutuhkan pintu-pintu untuk mengenal Tuhan. Tentu saja Tuhan yang perlu dikenali adalah Tuhan sebenarnya, yaitu Allah swt, Sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Penjelasan mengenai keberadaan Allah sudah ada dalam Alquran dan hadis Nabi saw yang disampaikan kepada seluruh umat manusia. Namun ada orang-orang yang beriman ada pula orang-orang yang ingkar dengan keberadaan Tuhan. 

Secara prinsip ada 4 metode yang selama ini populer digunakan dalam hidup manusia untuk mengenal Tuhan yaitu: agama (Islam), filsafat, ilmu pengetahuan, dan seni. Pada tulisan ini kita akan membahas ilmu pengetahuan (science) sebagai jalan makrifatullah, pintu yang dilewati untuk mengantarkan manusia mencapai pengenalan Tuhan. Bahwa dengan ilmu pengetahuan membuktikan adanya Tuhan dan para ilmuwan-ilmuwan berbondong-bondong masuk Islam karena menyaksikan kebenaran Alquran di alam semesta sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dr Maurice Bucaille (1979) mengatakan: “Aspek-aspek ilmiah yang terdapat dalam Alquran sungguh mengherankan aku, karena aku sama sekali tidak mengira bahwa dalam teks yang disusun semenjak lebih dari 13 abad, aku dapat menemukan keterangan-keterangan tentang berbagai hal yang sangat cocok dengan pengetahuan ilmiah modern.” Beberapa ilmuwan dunia masuk Islam setelah menemukan kebenaran Tuhan melalui ilmu pengetahuan (sumbawanews.com, 2023) diantaranya:

(1)   Prof Dr Maurice Bucaille, ahli bedah Prancis yang pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris dan meneliti mumi yang pernah tenggelam sehingga bisa awet karena mengandung unsur garam seperti yang sudah dijelaskan dalam Alquran 14 abad silam.

(2)   Mr Jacques Yves Costeau adalah seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Ia masuk Islam karena menemukan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya. Namun air tersebut tidak bercampur atau melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya seolah-olah ada dinding membatasi keduanya seperti yang disampaikan dalam Alquran.

(3)   Demitri Bolykov, ahli fisika asal Ukraina, yang tergabung dalam penelitian ilmiah yang dipimpin oleh Prof Nicolai Kosinikov, mengenai perputaran bumi dan mendapatkan kesimpulan bahwa suatu hari nanti matahari akan terbit dari arah Barat seperti yang sudah dikabarkan dalam hadis Nabi saw.

(4)   Dr Fidelma O’Leary, ahli neurologi Amerika Serikat, yang melakukan kajian terhadap saraf otak manusia dan menemukan bahwa beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah padahal setiap sel otak memerlukan suplai darah yang cukup agar dapat berfungsi normal. Akhirnya ia menemukan bahwa ternyata darah akan memasuki seluruh urat saraf di dalam otak manusia secara sempurna ketika orang melakukan sujud dalam shalat. Artinya, kalau manusia melakukan shalat maka otaknya mendapat suplai darah dengan normal dan bekerja dengan normal.

 

Sebenarnya ilmu pengetahuan bersifat relatif dan akumulatif, selalu berubah-ubah. Namun suatu bidang ilmu yang mencapai puncaknya akan mengantarkan manusia pada pengenalan Sang Pencipta. Dibalik keteraturan alam ini, tersirat adanya Allah, Tuhan Sang Maha pencipta, Maha Mengatur, Maha Memelihara yang menjaga keseimbangan dan interaksi unsur-unsur alam dengan begitu rapi dan konsisten. Ilmu pengetahuan yang benar bukan hanya mengantar kita untuk menemukan rahasia-rahasia alam semesta tapi juga membuka keberadaan sang pencipta alam semesta.

Alquran menjelaskan kepada manusia bahwa: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali ‘Imran: 190-191). Seorang ilmuwan sejati semestinya mulai belajar dengan nama Tuhan dan akan sampai di tahap mampu melihat keberadaan Tuhan di alam ini, baik saat ia baring, duduk, maupun berdiri, sehingga ia selalu bersama Tuhan dalam detik-detik kehidupannya.*

 Penulis     :     Dr. Muhammad Anshar Akil, ST, MSi, CHt, CPNLP

Aktivitas  :    Dosen Program Pascasarjana (S2 & S3) dan Jurusan Ilmu Komunikasi (S1) UIN Alauddin Makassar, Founder AA Institute, “Anshar Akil Channel Youtube”, Motivator, Trainer, Penulis.

HP/WA    :    081245361618

Email       :    [email protected]