Alam
semesta merupakan objek materi maupun objek forma dari ilmu pengetahuan. Namun
cara pandang ilmuwan muslim berbeda dengan ilmuwan Barat (non muslim) dalam
mempelajari alam semesta. Ilmuwan muslim menyandarkan sifat-sifat semesta
sesuai prinsip Al-Qur’an dan hadis sementara
ilmuwan Barat menggunakan prinsip rasionalisme dan empirisme yang bersifat
sekularis dan materialis.
Dalam tulisan ini dijelaskan beberapa sifat alam semesta menurut Al-Qur’an. Memahami sifat-sifat ini sebagai landasan “sains islami” dalam mempelajari alam semesta dan pengembangkan ilmu pengetahuan yang integratif dengan wahyu. Sifat-sifat alam semesta dalam Al-Qur’an, antara lain:
- Seluruh jagat raya ini dan seisinya adalah ciptaan (makhluk) Allah. Prinsip ini bisa dilihat pada Alquran surah Qaf: 38, Al-An’am: 73, dan Al-Anbiya: 16-18. Dengan prinsip ini jelas bahwa alam semesta bukan hanya dunia materi tapi juga spiritual yaitu memahami adanya sifat-sifat ketuhanan dalam penciptaan dan pemeliharaan alam semesta sehingga ilmuwan tidak terjerumus pada polyteisme, ateisme, sekularisme, atau materialisme.
- Seluruh jagat raya ini dan semua isinya adalah ‘inteleqeble’ atau dapat diterima oleh akal sehat manusia. Hal ini dapat kita simpulkan jika membuka QS Al-Ghasiyah:17, Jatsiyah: 5, dan Yunus: 101. Jika kita berpegang pada prinsip akan menjadi pendorong bagi ilmuwan untuk melakukan penyelidikan sesuai kemampuan akal dan panca inderanya.
- Segala makhluk Allah diciptakan dengan sebaik-baiknya. Prinsip ini dapat ditemukan pada QS As-Sajadah: 7, Al-Mulk: 3, dan Al-Mukminun: 14. Jika kita berpegang pada prinsip ini dapat menolong para ahli untuk merumuskan hukum-hukum alam (sunantullah).
- Allah menciptakan alam ini bukan dengan sia-sia tetapi dengan tujuan yang benar. Hal ini dapat dilihat pada QS Al-An’am: 73, Al-Mulk: 115, dan Ad-Dukhan: 38-39. Prinsip ini membawa para ilmuwan kepada keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
- Semua makhluk ciptaan Allah terikat oleh kadar atau ukuran-ukuran yang tepat. Hal ini terkandung dengan jelas pada QS Al-Qamar: 49, Al-Mulk: 3 dan lain-lain. Pengertian semacam ini mendorong ilmuwan untuk menemukan hukum-hukum alam (sunnatullah) yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
- Manusia diciptakan sebagai khalifah yang bertanggung jawab sebagai pemimpin dan pengelola alam ini agar tetap terpelihara, lestari, dan bermanfaat. Tugas manusia sebagai khalifah dapat dilihat dalam QS Al-An’am: 165, Al-Ahzab: 72, dan Fathiir: 39. Pada saat yang sama, manusia juga diciptakan sebagai hamba Allah (abdullah) dengan tugas melaksanakan ibadah dalam arti yang seluas-luasnya kepada Allah. Misalnya dalam QS Adz-Dzariyat: 56, Al-Bayyinah: 5, dan Al-Baqarah: 21
- Semua benda-benda dimudahkan untuk dipakai oleh manusia. Hal ini dapat kita baca pada QS Al-Jatsiyah: 13, An-Nahl: 14-18, dan lain-lain. Prinsip ini akan mendorong manusia untuk mempraktekkan ilmunya dalam mengelola alam ini demi kesejahteraan hidupnya.
- Alam ini ada akhirnya. Prinsip ini dapat kita baca pada Al-Qashas: 88 dan Az-Zumar: 68. Prinsip ini akan mendorong para ilmuwan untuk memahami alam tidak kekal, ada batasnya. Sehingga ilmu yang dimiliki tidak hanya digunakan untuk kesuksesan dunia tapi juga demi kebaikan dan kebahagiaan di akhirat kelak.
Memahami sifat-sifat alam semesta akan sangat berguna dalam memantapkan hubungan yang tidak bisa dipisahkan antara ilmu pengetahuan, teknologi dengan Islam. Dengan demikian, penggunaan secara simultan antara rasio, rasa, iman atau integrasi antara pikir, zikir, dan iman akan lebih terpadu dan konsisten seperti yang dijelaskan dalam QS Al-Mujadilah: 11 bahwa “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan”.
Penulis : Dr. Muhammad Anshar Akil, ST, MSi, CHt, CPNLP
Aktivitas : Dosen Program
Pascasarjana (S2 & S3) dan Jurusan Ilmu Komunikasi (S1) UIN Alauddin
Makassar, Founder AA Institute, “Anshar Akil Channel Youtube”, Motivator,
Trainer, Penulis.
HP/WA : 081245361618
Email : [email protected]