Kita masih membahas hubungan ilmu dan akhlak. Tulisan lalu menjelaskan
hasil dari pendidikan umum yang memisahkan Islam dari ilmu pengetahuan, telah
melahirkan orang-orang cerdas, yang menguasai ilmu dan teknologi tinggi tapi
minus akhlak seperti yang terjadi pada kasus kematian dr Aulia mahasiswa PPDS
UNDIP akibat dibulli dan mengalami pemerasan dari sejumlah seniornya. Banyak
kasus lain yang viral di media online mengenai banyaknyak
pelanggaran-pelanggaran hukum, etika maupun akhlak. Entah berapa banyak yang
belum terungkap ke permukaan?
Kini kita makin perlu menegaskan pentingnya akhlak di atas kecerdasan,
perlunya belajar ilmu-ilmu dunia yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan
ketuhanan. Bagaimana pun tingginya ilmu yang tidak melayani kemanusiaan dan
jauh ketuhanan adalah ilmu yang sia-sia yang akhirnya merusak kehidupan. Kita
perlu integrasi keilmuan yaitu penyatuan Islam dengan ilmu pengetahuan
teknologi dalam pendidikan.
Kita melihat ketertinggalan akhlak dari kecerdasan seperti ditunjukkan orang-orang hampir dalam semua bidang kehidupan. Orang-orang
berlomba mengejar ilmu, keterampilan, kedudukan, jabatan, harta, popularitas
dan lain-lain, namun mengabaikan nilai-nilai etika, moral, akhlak, akidah, atau
syariah. Mereka mengejar kesenangan dunia, kekayaan materi, kepuasan nafsu
belaka, namun melupakan Tuhan, melupakan akhlak budi pekerti, tidak perduli
adanya pertanggung-jawaban di akhirat kelak. Contohnya para koruptor yang
merugikan bangsa Indonesia dengan nilai trilyunan rupiah, para politikus yang
tidak amanah dan hanya memperjuangkan kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya,
pejabat yang tidak melaksanakan janji-janjinya, para pengusaha yang berlaku
curang, merusak alam, dan lain-lain --- mereka orang-orang intelek yang
melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum, etika, dan akhlak.
Rusaknya masyarakat, bangsa dan negara, bahkan dunia ini akibat ulah
orang-orang cerdas intelektualnya namun tidak memiliki iman dan taqwa kepada
Allah swt, sehingga melakukan berbagai keburukan, kejahatan,
pelanggaran-pelanggaran secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Kita
tidak kekurangan orang-orang pintar, cerdas intelektualnya, namun kita sangat
kekurangan orang-orang berakhlak.
Itulah antara lain kegagalan sistem pendidikan modern yang hanya
mementingkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknnologi namun jauh dari
nilai-nilai agama (Islam). Kecerdasan intelektual hanya terbatas memikirkan
untung rugi yang diperoleh seseorang melalui kemampuan analisa logika,
matematika, dan rumus-rumus statistik dalam bidang pekerjaanya. Sementara
hatinya kotor, jiwanya gelisah, dan ruhnya gelap tidak melihat cahanya
ketuhanan dalam dirinya maupun di alam ini. Mereka, orang-orang yang memiliki
mata, telinga, dan hati namun tidak digunakan untuk mengenali tanda-tanda
kekuasaan Tuhan sehingga tidak mengantarkannya menjadi orang-orang bertawa.
Sayang sekali, orang-orang yang memiliki otak yang cemerlang, ilmu pengetahuan
dan teknologi tinggi, namun hatinya gelap dengan nilai-nilai ketuhanan.
Saatnya
kita kembalikan sistem pendidikan kita sebagai cara sistematis untuk
meningkatkan harkat martabat manusia lahir batin, mewujudkan orang-orang yang
cerdas intelektualnya, bersih hatinya, tenang jiwanya, dan ruhnya bercahaya
untuk kembali kepada Tuhan. Orang-orang yang senantiasa mengingat Allah,
bermanfaat bagi sesama, dan memelihara alam semesta. Wallahu A’lam.*
Penulis :
Dr. Muhammad Anshar Akil, ST, MSi, CHt, CPNLP
Aktivitas :
Dosen Program Pascasarjana (S2 &
S3) dan Jurusan Ilmu Komunikasi (S1) UIN Alauddin Makassar, Founder AA
Institute, “Anshar Akil Channel Youtube”, Motivator Nasional, Coorporate Trainer,
Penulis.
Email : [email protected]