Penelitian bagi Orang Awam (Muhammad Anshar Akil)

  • 06:00 WITA
  • Admin FDK
  • Artikel

Manusia sebagai makhluk berakal selalu mempunyai rasa ingin tahu terhadap alam sekitarnya atau terhadap orang lain dan dirinya sendiri. Ia selalu bertanya atas segala sesuatu yang dilihat, didengar, atau dialami. Apa itu? Bagaimana proses kerjanya? Mengapa itu terjadi? Untuk apa? Dan pertanyaan-pertanyaan lainya. Rasa penasaran, ingin tahu, adalah awal dari proses penelitian.

Setelah muncul rasa ingin tahu, maka selanjutnya ia melakukan pengamatan, memperhatikan fakta-fakta, mengumpulkan berbagai informasi yang lengkap untuk menjawab rasa ingin tahunya. Ini adalah proses penelitian.

Setelah ia mendapatkan berbagai data, informasi, fakta-fakta, atau kenyataan-kenyataan yang dikumpulkan dengan seksama maka semua bahan-bahan tersebut dianalisis dan disimpulkan sebagai jawaban dari rasa ingin tahunya.

Proses itu dialami oleh setiap orang bukan hanya ilmuwan. Setiap orang selalu melakukan penelitian dalam kehidupannya, baik itu masyarakat awam maupun masyarakat ilmiah. Bagi orang awam penelitian adalah proses yang berlangsung secara alami, singkat, acak, tidak teratur, bahkan shortcut dari adanya suatu keinginan langsung menarik kesimpulan. Sedangkan bagi masyarakat akademik, ilmuwan, cendekiawan, teknokrat, ulama, untuk menjawab suatu masalah akan melewati proses-proses yang sistematis, seperti menentukan fokus permasalahan, mencari rujukan (teori atau ayat-ayat yang sesuai), mengambil data, menganalisis, lalu mengambil kesimpulan.

Orang-orang awam juga melakukan proses penelitian namun tidak secara lengkap dan sistematis seperti masyarakat akademik. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang punya pasti keinginan, masalah, cita-cita, impian, tujuan, yang akan dicapai melalui proses-proses penelitian. Misalnya, seorang tamatan SMA yang akan lanjut perguruan tinggi, maka terlebih dulu mencari informasi mengenai perguruan tinggi yang diinginkan, jurusan yang cocok dengan potensinya, apa prospek jurusan yang dituju, apa-apa yang perlu dipersiapkan untuk mendaftar, yang harus disiapkan, dicari datanya, dilengkapi dan dilaksanakan sebagai kerja-kerja penelitian. 

Dalam proses ini ada kebutuhan yang awal ingin dipenuhi, masalah yang ingin dijawab, pencarian informasi, analisis, pengambilan kesimpulan dan membuat keputusan. Dalam hal-hal yang sederhana, misalnya untuk membeli baju, sepatu, topi, motor, dan lain-lain pasti dimulai dari keinginan, mengumpulkan informasi, analisis, pengambilan kesimpulan dan menetapkan keputusan. Hanya saja proses penelitian yang dilakukan masyarakat awam cukup sederhana sesuai dengan tingkat berpikirnya. 

Proses penelitian adalah esensi kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk berakal. Semakin tinggi kualitas akal (kecerdasan) seseorang maka proses berpikir, berbicara, bersikap, dan bertindaknya makin selektif dan berkualitas. Mereka tidak semudah itu untuk mengambil suatu keputusan sebelum mendapatkan data dan melakukan analisis untuk menghasilkan kesimpulan yang benar. Inilah bedanya orang ilmiah yang selalu mendahulukan pemikiran-pemikiran yang cermat, sistematis, penuh perhitungan sehingga kesimpulannya tepat sesuai dengan kondisi, kebutuhannya, dan juga hasilnya memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat. Sedangkan orang awam tidak menggunakan pemikiran yang lengkap, logis, empiris, untuk mengambil kesimpulan, bahkan kadang kala hanya mendahulukan emosi, dorongan hawa nafsu, dan kebiasaan-kebiasaan untuk mengambil keputusan, sehingga kesimpulan itu seringkali keliru bahkan merugikan dirinya dan orang lain.

Dalam kenyataannya banyak orang berilmu yang berperilaku seperti orang awam. Mereka punya ilmu tapi tidak menggunakan ilmu dengan benar. Akademisi, ilmuwan, cendekiawan, pejabat, politikus, pengusaha, dan lain-lain yang punya gelar, banyak ilmu dan pengalaman namun bertindak melanggar kaidah-kaidah normatif seperti korupsi, mengambil hak orang lain, merusak alam --- mereka tidak ada bedanya dengan orang yang tidak berilmu bahkan lebih rendah lagi. Mereka punya mata, telinga, hati dan akal pikiran namun tidak digunakan pada jalan yang benar. Wallahu a’lam.* 

 

Penulis       :     Dr. Muhammad Anshar Akil, ST, MSi, CHt, CPNLP

Aktivitas    :    Dosen Program Pascasarjana (S2 & S3) dan Jurusan Ilmu Komunikasi (S1) UIN Alauddin Makassar, Founder AA Institute, “Anshar Akil Channel Youtube”, Motivator Nasional, Corporate Trainer, Penulis.

Email         :    [email protected]