Fungsi dan Kedudukan Akal (Muhammad Anshar Akil)

  • 07:54 WITA
  • Admin FDK
  • Artikel

Islam memberikan tempat yang tinggi pada keberadaan dan penggunaan akal manusia secara benar. Al-Qur’an menerangkan pentingnya akal untuk mempelajari alam semesta dan mengenal Allah. Al-Qur’an menegaskan: ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal” (QS. Ali ‘Imran: 190). 

Penggunaan akal secara benar disebut sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk yang lebih rendah seperti binatang. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” 

Namun apakah semua manusia sudah menggunakan akalnya dengan benar? Untuk memahami alam semesta dan mengenal Tuhan? Untuk menata kehidupan yang lebih maju dan harmonis? Ini masalahnya. 

Lalu apa yang dimaksud akal? Akal adalah salah satu fakultas rohaniah manusia yang berfungsi untuk berpikir, mengingat, menilai, menganalisis, menyimpulkan, memutuskan, menciptakan ide, menyimpan pengetahuan, bertanya, memecahkan masalah, mempercayai atau tidak, merenung, memproses dan menyaring informasi, membedakan yang baik dan buruk, dan memahami kebenaran. Akal seperti processor bagi komputer yang berfungsi mengolah dan memproses data untuk menghasilkan informasi. Dengan akalnya maka manusia dapat memahami kejadian-kejadian di sekitarnya, mampu menganalisis dan menghasilkan kesimpulan yang benar.

Akal adalah pikiran yang tertuntun, pikiran yang mampu memahami kebenaran. Kemampuan akal seseorang sesuai dengan kepribadian, ilmu (konsep) dan pengalaman (praktek) yang mereka dimiliki. Setiap orang memiliki kemampuan akal yang berbeda dan tidak ada kemampuan akal antar manusia yang benar-benar sama meskipun pendidikan dan tempat tinggalnya sama. Akal membutuhkan tuntunan wahyu (Al-Qur’an dan Hadis) untuk sampai kepada kebenaran hakiki.

Dalam aplikasi KBBI (2023), akal diartikan sebagai daya pikir, jalan atau cara melakukan sesuatu, daya upaya, tipu daya, muslihat, kecerdikan, kelicikan, serta kemampuan melihat atau memahami lingkungan. Dengan demikian, akal merupakan ilmu pengetahuan (konsep) maupun teknologi (praktis). 

Menurut Ibnu Sina, akal sebagai substansi ruhani dibagi empat tingkat yaitu: akal material (kekuatan yang ada pada diri kanak-kanak), akal bakat (pengetahuan awal dan kesanggupan berpikir murni dan abstrak), akal aktual (suatu kekuatan yang sampai kepada kesempurnaan), dan akal perolehan (kekuatan yang menghasilkan logika, pengetahuan teoritis sebagai derajat akal tertinggi). Pengembangan akal manusia untuk mencapai insan kamil (Handayani & Suyadi, 2019).

Kata akal dalam Al-Qur’an disebut sekitar 49 kali sebagai kata kerja yaitu ‘aqalaya’qilun‘aqaluta’qilunna’qilu, dan ya’qilu. Penyebutan akal sebagai kata kerja memiliki arti aplikasi yang dinamis yaitu menggunakan dan mengaktifkan akal. Sedangkan kata kufr – kafir dan tindakan yang salah sebagai konsekuensi tidak menggunakan akal. Akal adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan kebaikan dan keburukan. Dengan adanya akal sebagai alasan pembeda, maka Allah memberi beban taklif pada orang yang akil baligh  sedangkan orang yang tidak sempurna akalnya terbebas dari taklif. Nabi Muhammad SAW berkata ”hukum itu dibebaskan dari tiga keadaan, yaitu orang tertidur, anak kecil, dan orang gila” (HR. Ahmad 6/100) (Baidhawy, 2024). 

Selanjutnya Allah mengharamkan semua yang menyebabkan kerusakan dan tidak berfungsinya akal seperti minum khamar dan narkoba, yang dapat membuat pikiran kacau, berhalusinasi atau gila. ”Janganlah kalian meminum khamr karena ia adalah pintu segala keburukan” (HR. Ibnu Majah 3371). Karena dengan merusak dan menghilangkan akal menjadi sumber segala keburukan bagi manusia. 

Demikian antara lain ajaran Islam yang menunjukkan fungsi akal, kedudukan akal yang sangat tinggi dan bagaimana menjaga akal dari kerusakan. Wallahu a’lam.*

 

 

Penulis     :     Dr. Muhammad Anshar Akil, ST, MSi, CHt, CPNLP

Aktivitas  :    Dosen Program Pascasarjana (S2 & S3) dan Jurusan Ilmu Komunikasi (S1) UIN Alauddin Makassar, Founder AA Institute, “Anshar Akil Channel Youtube”, Motivator Nasional, Corporate Trainer, Penulis.

Email       :    [email protected]