Senin
(06/01/25) sore hampir pkl 17.00 wita, grup WA UIN Alauddin Community
dikejutkan dengan informasi berpulangnya ke rahmatullah salah seorang dosen FDK
yaitu Dr H Usman Jasad. Dosen yang selama ini terlihat energik, sehat, ceria,
dengan berbagai kesibukan sebagai akademisi, pengusaha, muballigh, motivator,
pengurus MUI Sulsel, dan aktivitas organisasi sosial itu meninggal
mendadak.
Doa-doa
dan testimoni mengenai almarhum memenuhi grup-grup WA UIN AM. Begitu juga di
media sosial Facebook penuh ulasan, kesaksian, dan foto-foto dukacita dari
berbagai netizen yang merasa kehilangan sosok inspiratif dalam bidang
pendidikan, dakwah, wirausaha, organisasi, maupun sosial kemasyarakatan itu, yang
menggambarkan luasnya pengabdian dan kecintaan umat atas segala dedikasi dan
pengabdian beliau selama ini.
Sangat
terasa orang-orang baik selalu dirindukan baik saat hidup maupun saat
kepergiannya. Semuanya kaget mendengar berita wafatnya saudara kita itu yang
masih cukup muda, rajin olahraga, cek up medis, dan jarang sakit. Ini
menunjukkan ajal adalah misteri yang sulit diketahui datangnya sehingga setiap
orang perlu mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya ajal yang tidak
disangka-sangka setiap saat.
Imam
Al-Ghazali menyebut hal yg paling jauh adalah satu detik yg sudah berlalu. Maka
apakah yg paling dekat? Jawabnya: ajal yg bisa datang setiap saat. Bagi orang
yg meninggal lebih cepat (muda) atau lebih lama (tua) maka itulah yang terbaik
yang ditakdirkan oleh Allah. Banyak yang berdoa diberikan umur panjang, asalkan
dikuti dengan ibadah dan amal shalih itu adalah nikmat, namun jika umur panjang
hanya diisi dengan kemaksiatan dan keburukan maka itu adalah azab.
Tapi
mengapa banyak orang-orang yg masih hidup ini selalu pada kaget mendengar
berita kematian yang didapatkan setiap saat baik melalui media sosial maupun
kabar langsung dari orang-orang sekitar kita? Jawabnya: karena pada umumnya
orang-orang itu masih selalu dominan berpikiran dunia, mengejar kesuksesan
dunia, menjadikan dunia sebagai tujuan hidup. Mereka lalai berpikir akhirat,
melupakan kebahagiaan akhirat sebagai yang utama, dan ibadah kepada Allah
sebagai tujuan hidup dunia ini. Sehingga berita kematian adalah suatu anomali
dan pemutus pemikiran dominan mereka. Begitu asik dan terlena dengan permainan
dunia ketika berita kematian, atau kematian itu mendatanginya.
Nabi
Muhammad saw bersabda: “Dua perkara yang dibenci anak Adam, (pertama)
kematian, padahal kematian itu lebih baik bagi seorang mukmin daripada fitnah
(kesesatan di dalam agama). (Kedua) dia membenci sedikit harta, padahal sedikit
harta itu lebih menyedikitkan hisab (perhitungan amal).” [HR. Ahmad, dan
lain-lain, dishahihkan oleh al-Albâni di dalam ash-Shahîhah, no. 813]
Nah bagaimana agar kita tidak kaget menerima berita-berita duka kematian? Mulai saat ini isilah pikiran kita setiap saat dengan pikiran-pikiran ukhrawi dan ketuhanan. Tinggalkan pikiran-pikiran dunia sebelum meninggal. Apa pun yang Anda lakukan di dunia saat ini niatkan karena Allah dan tujuan Akhirat, seluruhnya. Maka sama dengan Anda telah tinggalkan dunia sebelum meninggal. Mengubah nafsu amarah menjadi mutmainnah sebagai semangat hidup kita dalam bekerja. Memperbanyak amal shalih, meningkatkan iman dan takwa kita. Selalu mbersihkan hati kita dari segala noda dan dosa siap setiap saat untuk menghadap Tuhan.
Akhirnya
sekitar pukul 12.36 pada Selasa (07/01), ambulance UIN Alauddin membawa jenazah
almarhum Dr. H. Usman Jasad menuju peristirahatan terakhir di pemakaman Yayasan
Darussalam Gowa, setelah dishalatkan dan pelepasan di masjid Agung UIN. Beliau
meninggal di usia 52 tahun, lahir di Lassang Takalar pada 25 April 1972 dan
wafat pada Senin, 6 Januari 2025. Selamat jalan saudaraku, Insya Allah surga
menantimu, aamiin.*
Penulis :
Dr. Muhammad Anshar Akil, ST, MSi, CHt, CPNLP
Aktivitas :
Dosen Program Pascasarjana (S2 &
S3) dan Jurusan Ilmu Komunikasi (S1) UIN Alauddin Makassar, Founder AA
Institute, “Anshar Akil Channel Youtube”, Motivator Nasional, Corporate
Trainer, Penulis.
Email :
[email protected]